LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI
UMUM
HERBARIUM
AMINUDIN
CAA
116 061
JURUSAN
BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS
PALANGKA RAYA
2017
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Herbarium merupakan istilah
yang pertama kali digunakan oleh Turnefor (1700) untuk tumbuhan obat yang
dikeringkan sebagai koleksi. Luca Ghini (1490-1550) seorang Professor Botani di
Universitas Bologna, Italia adalah orang pertama yang mengeringkan tumbuhan di
bawah tekanan dan melekatkannya di atas kertas serta mencatatnya sebagai
koleksi ilmiah (Arber, 1938). Pada awalnya banyak spesimen herbarium disimpan
di dalam buku sebagai koleksi pribadi tetapi pada abad ke-17 Ramadhanil dan
Gradstein – Herbarium Celebense 39 praktek ini telah berkembang dan menyebar di
Eropa (Ramadhanil, 2003).
Untuk koleksi objek perlu diperhatikan
kelengkapan organ tubuhnya, pengawetan dan penyimpanannya. Koleksi objek harus
memperhatikan pula kelestarian objek tersebut. Perlu ada pembatasan pengambilan
objek. Salah satunya dengan cara pembuatan awetan. Pengawetan dapat dilakukan
terhadap objek tumbuhan maupun hewan. Pengawetan dapat dengan cara basah
ataupun kering. Cara dan bahan pengawet nya bervariasi, tergantung sifat objeknya.
Untuk organ tumbuhan yang berdaging seperti buah, biasanya dilakukan dengan
awetan basah. Sedang untuk daun, batang dan akarnya, umumnya dengan awetan
kering berupa herbarium (Suyitno,
2004).
Herbarium dibuat dari spesimen yang
telah dewasa, tidak terserang hama, penyakit atau kerusakan fisik lain. Tumbuhan
berhabitus pohon dan semak disertakan ujung batang, daun, bunga dan buah,
sedang tumbuhan berbentuk herba disertakan seluruh habitus. Herbarium kering
digunakan untuk spesimen yang mudah dikeringkan, misalnya daun, batang, bunga
dan akar, sedangkan herbarium basah digunakan untuk spesimen yang berair dan
lembek, misalnya buah (Setyawan dkk, 2004).
Persiapan koleksi yang baik di lapangan
merupakan aspek penting dalam praktek pembuatan herbarium. Spesimen
herbarium yang baik harus memberikan
informasi terbaik mengenai
tumbuhan tersebut kepada para peneliti. Dengan kata lain, suatu koleksi
tumbuhan harus mempunyai seluruh
bagian
tumbuhan dan harus ada keterangan yang memberikan
seluruh
informasi yang
tidak nampak spesimen
herbarium
(Aththorick dan Siregar, 2006).
Herbarium merupakan suatu bukti
autentik perjalanan dunia tumbuh-tumbuhan selain berfungsi sebagai acuan
identifikasi untuk mengenal suatu jenis pohon. Istilah Herbarium adalah
pengawetan specimen tumbuhan dengan berbagai cara.untuk kepentingan koleksi dan
ilmu pengetahuan. Koleksi specimen herbarium biasanya disimpan pada suatu
tempat yang diberi perlakuan khusus pula yang dikenal dengan laboratorium
herbarium. Para ahli-ahli botani menyimpan koleksi herbarium mereka pada
pusat-pusat herbarium di masing-masing Negara. Di Indonesia pusat herbarium
terbesar terdapat di Herbarium Bogoriense Bidang Botani, Puslit Biologi-LIPI
berada di wilayah Cibinong Jawa Barat. Laboratorium ini menyimpan lebih dari 2
juta koleksi herbarium yang berasal dari berbagai wilayah di seluruh Indonesia
dan dari berbagai Negara di dunia. (Balai Diklat Kehutanan Makassar, 2011).
Cyrtococcum acrescens adalah rumput tahunan menjalar yang tumbuh pada tanah yang tidak
terlalu lembab, sering terdapat pada tempat-tempat ternaung, penyebarannya
meliputi 0-1300 m dpl, berbunga sepanjang tahun. Merupakan gulma yang dominan,
dijumpai pada areal TBM maupun TM, karena toleransinya terhadap suasana
ternaung. Gulma ini dipandang tidak berbahaya dalam persaingan dengan tanaman
budidaya. Tumbuhan ini bermanfaat sebagai
pelindung permukaan tanah
terutama pada lokasi yang curam (Nasution, 1986).
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari percobaan
ini adalah untuk mengetahui cara membuat herbarium kering Rumput telur ikan Cyrtococcum acrescens ( Trin.) Stapf.
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunanan Penulisan
adalah sebagai salah syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Test di
Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub-Gulma, Departemen Hama Dan Penyakit
Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tumbuhan
Menurut
Nasution (1986) Rumput telur ikan dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasikan
sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Cyrtococcum
Spesies : Cyrtococcum
acrescens ( Trin.) Stapf
Akar berbentuk serabut, berasal dari buku-buku batang dan cabang akar sedikit.
Akar berwarna kecoklat-coklatan, panjang akar bisa mencapai hingga 20 cm, pda
ujung akar terdapat bulu-bulu akar yang halus. (Nasution, 1986).
Batang berbentuk
bulat tidak beronnga, bagian pangkal tumbuh menjalar dan membentuk akar yang
memanjang dan tunas baru pada buku-bukunya; bagian ujung tumbuh tegak, miring
atau memanjang bila menjumpai sandaran, bagian yang tumbuh tegak tingginya 20-165
cm. Bagian yang menjalar membentuk akar
memanjang dan tunas baru dari buku-bukunya (Nasution, 1986).
Helai daun
berbentuk lanset meruncing berukuran panjang 3-18 cm dan lebar 4-27 mm, kedua
permukaan daun ditumbuhi bulu-bulu halus semasa daun masih muda, dan bila daun
semakin tua bulunya semakin jarang, permukaan daun terasa kasar. Bila diraba, pangkalnya sering tidak
simetris. Upih daun 3.5-5.5 cm panjangnya, ditumbuhi bulu-bulu halus, pada bagian
tepinya bulu-bulu yang tumbuh lebih panjang, pertautan
upih daun
dan helai dan berbulu. Lidah daun merupakan membran yang tidak
jelas tampak (Tjitrosoepomo,
2009)
Bunga berbentuk
malai besar tapi longgar, berukuran panjang 30 cm dan lebar 15 cm atau lebih,
cabang-cabang tumbuh tersebar sepanjang
tangkai dan membentuk cabang-cabang yang halus, pada cabang-cabang yang
halus tersebut tumbuh buliran yang jarang pada tangkai yang lebih panjang dari
buliran. Buliran jumlahnya banyak,
bentuknya bulat tertekan ke arah lateral, penampangnya tidak simetris, ukuran
pangjang 1.4 mm, tidak berbulu, warnyanya coklat keungu-unguan, tangkainya agak
panjang bentuk berombak, benang sari 1mm
panjangnya dan kepala sari tiga (Nasution, 1986).
Habitat,
Penyebaran dan Status
Cyrtococcum acrescens (Trin.)
Stapf tumbuh pada tanah yang tidak terlalu lembab, sering terdapat pada tempat-tempat ternaung,
penyebarannya meliputi 0-1300 m dpl, berbunga sepanjang tahun. Cyrtococcum acrescens (Trin.) Stapf merupakan gulma yang dominan, dijumpai pada
areal TBM maupun TM karena toleransinya terhadap suasana ternaung. Gulma ini
dipandang tidak berbahaya dalam persaingan dengan tanaman budidaya. Tumbuhan
ini bermanfaat sebagai
pelindung permukaan tanah
terutama pada lokasi yang curam (Nasution, 1986).
Pengendalian
·
Secara
Mekanis, dapat dilakukan dengan pembabatan dan pendongkelan hingga ke akar
gulma
·
Secara
Kultur teknis, dapat dilakukan dengan dengan menentukan jarak tanam lebih rapat
dan rotasi tanaman
·
Secara
Fisik, dapat dilakukan dengan mencabuti kemudian dibakar
·
Secara
Biologis, dapat dilakukan dengan meggunakan jasad hidup sebagai penutup tanah
seperti kacang-kacangan
·
Secara
Kimiawi, dapat dilakukan dengan menggunakan herbisida seperti paraquat dan
glyphosate, dalapon, glufosinate-ammonium dan fluazfop-butyl.
Pengertian
Herbarium
Herbarium berasal dari kata
“hortus dan botanicus”, artinya kebun botani yang dikeringkan. Secara sederhana
yang dimaksud herbarium adalah koleksi spesimen yang telah dikeringkan,
biasanya disusun berdasarkan sistim klasifikasi (Onrizal, 2005).
Herbarium merupakan suatu
spesimen dari bahan tumbuhan yang telah dimatikan dan diawetkan melalui metoda
tertentu dan dilengkapi dengan data-data mengenai tumbuhan tersebut. Membuat
herbarium yaitu pengumpulan tanaman kering untuk keperluan studi maupun
pengertian, tidaklah boleh diabaikan. Yaitu melalui pengumpulan, pengeringan,
pengawetan, dan dilakukan pembuatan herbarium (Steenis, 2003).
Herbarium merupakan karya
referensi tiga dimensi, herbarium bukan hanya untuk mendefinisikan suatu pohon,
namun segala sesuatu dari pohon. Mereka memegang bagian yang sebenarnya dari
bagian mereka itu. Nama latin untuk koleksi ini ataupun Herbarium adalah Siccus
Hortus, yang secara harfiah berarti taman kering, dan setiap specimen menekan
yang terpasang pada selembar kertas yang diulisi dengan apa tanaman yang
dikumpulkan itu, kapan dan dimana ditemukannya (Stacey, 2004).
Herbarium merupakan tempat
penyimpanan contoh koleksi spesiemen tanaman atau tumbuhan yaitu herbarium
kering dan herbarium basah. Herbarium yang baik selalu disertai identitas,
pengumpul (nama pengumpul atau kolektor dan nomor koleksi). Serta dilengkapi
keterangan lokasi asal material dan keterangan tumbuhan tersebut untuk
kepentingan penelitian dan
identifikasi. Pengendalian inanditatif dengan
penggunaan semacam cendawan
Pathogen
dengan pelaksanaan herbisida
jangka pendek, agar
gulma yang dapat diberantas (Moenandir, 1996).
Pada masa sekarang herbarium tidak hanya merupakan suatu spesimen
yag diawetkan tetapi juga mempunyai suatu lingkup kegiatan botani tertentu, sebagai sumber informai dasar untuk para ahli
taksonomi dan sekaligus berperan sebagai
pusat penelitian dan pengajaran , juga
pusat informasi bagi masyarakat umum. Herbarium diartikan juga sebagai bank
data dengan sejumlah data mentah yang belum diolah. Masing-masing specimen
dapat memberikan bermacam-macam informasi, tergantung kelengkapan spesimen,
data dan asal-usul materialnya. (Balai Taman Nasional Baluran, 2004)
Kelebihan dari Herbarium kering dibandingkan dengan herbarium basah
adalah dapat bertahan lama hingga ratusan tahun. Terdapat beberapa kelemahan
pada herbarium yaitu; spesimen mudah mengalami kerusakan akibat perawatan yang
kurang memadai maupun karena frekuensi pemakaian yang cukup tinggi untuk
identifikasi dan pengecekan data secara manual,
tidak bisa diakses secara bersama-sama oleh berberapa orang, biaya
besar,tidak bisa diakses sewaktu-waktu dan tidak dapat diakses dari jarak jauh
(Wibobo dan Abdullah, 2007)
Herbarium kering yang baik adalah herbarium yang lengkap organ
vegetatif dan organ generatifnya. Selain itu kerapian herbarium juga akan
menentukan nilai estetikanya serta faktor-faktor yang mempengaruhi koleksi
herbarium adalah lama pembuatan herbarium, tempat penyimpanan dan faktor
lingkungan seperti suhu (Subrahmanyam, 2002).
Kegunaan Herbarium
Kegunaan herbarium secara
umum antara lain: 1. Sebagai pusat referensi : Merupakan sumber utama untuk
identifikasi tumbuhan bagi para ahli taksonomi, ekologi, petugas yang menangani
jenis tumbuhan langka, pecinta alam, para petugas yang bergerak dalam konservasi
alam. 2. Sebagai lembaga dokumentasi : Merupakan koleksi yang mempunyai nilai
sejarah, seperti tipe dari taksa baru, contoh penemuan baru, tumbuhan yang
mempunyai nilai ekonomi dan lain lain.3. Sebagai pusat penyimpanan data : Ahli
kimia memanfaatkannya untuk mempelajari alkaloid, ahli farmasi menggunakan
untuk mencari bahan ramuan untuk obat kanker, dan sebagainya (Onrizal, 2005).
Pembagian Herbarium
Herbarium basah, setelah
material herbarium diberi label gantung dan dirapikan, kemudian dimasukkan ke
dalam lipatan kertas koran. Satu lipatan kertas koran untuk satu specimen
(contoh). Tidak benar digabungkan beberapa specimen di dalam satu lipatan
kertas. Selanjutnya, lipatan kertas koran berisi material herbarium tersebut
ditumpuk satu diatas lainnya. Tebal tumpukan disesuaikan dengan dengan daya
muat kantong plastik (40 × 60) yang akan digunakan. Tumpukkan tersebut
dimasukkan ke dalam kantong plastik dan disiram alcohol 70 % atau spiritus
hingga seluruh bagian tumbukan tersiram secara merata, kemudian kantong plastic
ditutup rapat dengan isolatip atau hekter supaya alcohol atau spiritus tidak
menguap keluar dari kantong plastik (Onrizal, 2005).
Herbarium kering, cara kering
menggunakan dua macam proses yaitu: a. Pengeringan langsung, yakni tumpukan
material herbarium yang tidak terlalu tebal di pres di dalam sasak, untuk
mendpatkan hasil yng optimum sebaiknya di pres dalam waktu dua minggu kemudian
dikeringkan diatas tungku pengeringan dengan panas yang diatur di dalam oven.
Pengeringan harus segera dilakukan karena jika terlambat akan mengakibatkan
material herbarium rontok daunnya dan cepat menjadi busuk. b. Pengeringan
bertahap, yakni material herbarium dicelup terlebih dahulu di dalam air
mendidih selama 3 menit, kemudian dirapikan lalu dimasukkan ke dalam lipatan
kertas koran. Selanjutnya, ditempuk dan dipres, dijemur atau dikeringkan di
atas tungku pengeringan. Selama proses pengeringan material herbarium itu harus
sering diperiksa dan diupayakan agar pengeringan nya merata. Setelah kering,
material herbarium dirapikan kembali dan kertas koran bekas pengeringan tadi
diganti dengan kertas baru. Kemudian material herbarium dapat dikemas untuk
diidentifikasi (Onrizal, 2005).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan
Adapun percobaan ini
dilakukan di Lahan percobaan Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub-
Gulma, Universitas Sumatera Utara, medan pada hari Jumat, 1 Juni 2012 Pukul 09:00
WIB.
Bahan dan Alat
Adapun bahan dari percobaan
ini adalah Rumput telur ikan Cyrtococcum acrescens ( Trin.) Stapf. sebagai bahan percobaan,
air digunakan untuk membersihkan daun tanaman yang akan diherbariumkan, lem
digunakan untuk menempelkan gulma pada kertas jeruk, label digunakan untuk
morfologi tumbuhan, dan kertas jeruk digunakan sebagai tempat menempelkan
herbarium.
Adapun alat dalam percobaan
ini adalah gunting untuk memotong tanaman yang berukuran besar, buku
identifikasi gulma sebagai buku penuntun mengidentifikasikan gulma, buku
berukuran besar dan tebal sebagai tempat mengeringkan gulma yang diherbariumkan
dan sebagai tempat pengepresan, koran sebagai alas peletakan gulma sebelum
ditindih, kantung plastik sebagai tempat peletakan herbarium di dalam album
atau buku, laptop atau komputer untuk membuat format laporan dan label, dan
format herbarium sebagai keterangan seputar gulma yang dilakukan percobaan.
Prosedur Percobaan
1.
Dicari Bahan Rumput telur ikan yang akan dikeringkan yang lengkap
dengan
Morfologinya
2. Untuk gulma yang terlalu
besar, dilakukan pengguntingan,
3. Diletakkan diatas koran
kering,
4. Ditimpa dengan buku besar
dan tebal,
5. Ditunggu beberapa hari
agar tanaman kering dan dibuka apabila telah kering
sempurna dan diletakkan
ditempat kering,
6. Ditempel tumbuhan di atas
kertas jeruk dengan menggunakan lem,
7. Diberi label atau
keterangan morfologi,
8. Dibuat format herbarium
dengan menggunakan laptop atau komputer dan
diletakkan pada kantung plastik
di album, agar herbarium tidak terinfeksi dari
jamur.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
Herbarium
merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah dimatikan dan diawetkan
melalui metoda tertentu dan dilengkapi dengan data-data mengenai tumbuhan
tersebut. Hal ini sesuai dengan literatur Steenis (2003) yang menyatakan bahwa
Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah dimatikan dan
diawetkan melalui metoda tertentu dan dilengkapi dengan data-data mengenai
tumbuhan tersebut.
Kegunaan herbarium secara
umum antara lain: 1. Sebagai pusat referensi 2. Sebagai lembaga dokumentasi 3.
Sebagai pusat penyimpanan data, hal ini sesuai dengan literatur Onrizal (2005)
yang menyatakan bahwa Kegunaan herbarium secara umum antara lain: 1. Sebagai
pusat referensi : Merupakan sumber utama untuk identifikasi tumbuhan bagi para
ahli taksonomi, ekologi, petugas yang menangani jenis tumbuhan langka, pecinta
alam, para petugas yang bergerak dalam konservasi alam. 2. Sebagai lembaga
dokumentasi : Merupakan koleksi yang mempunyai nilai sejarah, seperti tipe dari
taksa baru, contoh penemuan baru, tumbuhan yang mempunyai nilai ekonomi dan
lain lain.3. Sebagai pusat penyimpanan data : Ahli kimia memanfaatkannya untuk
mempelajari alkaloid, ahli farmasi menggunakan untuk mencari bahan ramuan untuk
obat kanker, dan sebagainya.
Kelebihan dari Herbarium kering dibandingkan dengan herbarium basah
adalah dapat bertahan lama hingga ratusan tahun, namun herbarium kering juga
memiliki kelemahan yaitu spesimen mudah mengalami kerusakan akibat perawatan
yang kurang memadai maupun karena frekuensi pemakaian yang cukup tinggi untuk
identifikasi dan pengecekan data secara manual,
tidak bisa diakses secara bersama-sama oleh berberapa orang, biaya
besar,tidak bisa diakses sewaktu-waktu dan tidak dapat diakses dari jarak jauh,
hal ini sesuai dengan literatur Wibobo
dan Abdullah (2007) yang menyatakan bahwa Kelebihan dari Herbarium kering
dibandingkan dengan herbarium basah adalah dapat bertahan lama hingga ratusan
tahun. Terdapat beberapa kelemahan pada herbarium yaitu; spesimen mudah
mengalami kerusakan akibat perawatan yang kurang memadai maupun karena
frekuensi pemakaian yang cukup tinggi untuk identifikasi dan pengecekan data
secara manual, tidak bisa diakses secara
bersama-sama oleh berberapa orang, biaya besar,tidak bisa diakses sewaktu-waktu
dan tidak dapat diakses dari jarak jauh.
Untuk mendapatkan hasil yang optimum sebaiknya bahan yang akan
diherbariumkan dipres selam dua minggu hal ini sesuai dengan litertur Onrizal
(2005) yang menyatakan bahwa Herbarium kering, cara kering menggunakan dua macam proses
yaitu: a. Pengeringan langsung, yakni tumpukan material herbarium yang tidak
terlalu tebal di pres di dalam sasak, untuk mendpatkan hasil yng optimum
sebaiknya di pres dalam waktu dua minggu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi koleksi herbarium adalah lama pembuatan
herbarium, tempat penyimpanan dan faktor lingkungan seperti suhu hal ini
sesuai dengan literatur Subrahmanyam
(2002) yang menyatakan bahwa herbarium kering
yang baik adalah herbarium yang lengkap organ vegetatif dan organ generatifnya.
Selain itu kerapian herbarium juga akan menentukan nilai estetikanya serta faktor-faktor
yang mempengaruhi koleksi herbarium adalah lama pembuatan herbarium, tempat
penyimpanan dan faktor lingkungan seperti suhu.
KESIMPULAN
1. Herbarium merupakan suatu spesimen
dari bahan tumbuhan yang telah dimatikan dan diawetkan melalui metoda tertentu
dan dilengkapi dengan data-data mengenai tumbuhan tersebut.
2. Herbarium memiliki beberapa
fungsi, yaitu sebagai pusat referensi, sebagai lembaga dokumentasi, dan sebagai
pusat penyimpanan data.
3. Kelebihan dari herbarium kering
adalah dapat bertahan lama sedangkan kelemahan herbarium kering mudah rusak
jika tidak dirawat, membutuhkan biaya besar dan tidak dapat diakses dari jarak
jauh
4. Waktu yang diperlukan untuk
melakukan pembuatan herbarium minimal selama 2 minggu, agar mendapatkan hasil
yang baik.
5. Faktor-faktor
yang mempengaruhi koleksi herbarium adalah lama pembuatan herbarium, tempat
penyimpanan dan faktor lingkungan seperti suhu
DAFTAR PUSTAKA
Aththorick, T.A, dan Siregar E.S. 2006. Taksonomi Tumbuhan. Departemen
Biologi FMIPA USU.
Medan
Balai Diklat Kehutanan Makassar. 2011. Herbarium Sebagai Acuan Penanaman
Pohon.http://www.badikhut.com. Diakses pada tanggal 14 Juni 2012.
Balai TamanNasionalBaluran,2004.Pembuatan
Herbariumhttp;//balurannationapar
.web.id/Wpcontent/uploads/2011/04/Pembuatan
Herbarium FloraDiTaman
NasionalBaluran04FIX.pdf.
diakses pada tanggal 14 Juni 2012
Moenandir, J. 1996. Ilmu Gulma dalam Sistem Pertanian. PT.Raja Grafindo
Persada
Jakarta.
Nasution, U. 1986. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan
Karet Sumatera
Utara dan Aceh. PT. Gramedia : Jakarta.
Onrizal. 2005. Teknik Pembuatan Herbarium. http://ocw.usu.ac.id. diakses
pada
tanggal 14 Juni 2012.
Ramadhanil. 2003. Herbarium Celebense (CEB) dan Peranannya dalam
Menunjang
PenelitianTaksonomi Tumbuhan di Sulawesi. http://unsjournals.com. Diakses
pada tanggal 14 Juni2012.
Setyawan, A. D, Indrowuryatno,
Wiryanto, Winanrno, K dan Susilowati, A. 2005.
Tumbuhan Mangrove di Pesisir Jawa Tengah.
Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Stacey, Robyn and Ashley Hay. 2004. Herbarium. Cambridge
University Press: New
York
Subrahmanyam, N.S. 2002. Laboratory
Manual of Plant Taxonomy. University of
Delhi. New Delhi
Suyitno, A.L.2004. Penyiapan Specimen Awetan Objek
Biologi. Jurusan Biologi
FMIPA UNY.
Yokyakarta.
Tjitrosoepomo, G. 2007. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada University Press
Yogyakarta.
___________. 2005. Taksonomi
Umum. Gadjah Mada University Press Yokyakarta.
Van Steenis, C.G.G.J. 2003. Flora.
PT.Pradnya Paramita : Jakarta
Wibobo, A Abdulah, W. 2007. Desain Xml Sebagai Mekanisme Petukaran
Data Dalam
Herbarium Virtual. http//eprints.undip.ac.id/1855/1/3 Adi
Wibowo%
2B%2B%2B.doc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar