Senin, 20 November 2017

Laporan praktikum biologi umum herbarium

LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI UMUM
HERBARIUM


AMINUDIN
CAA 116 061














JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2017
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Herbarium merupakan istilah yang pertama kali digunakan oleh Turnefor (1700) untuk tumbuhan obat yang dikeringkan sebagai koleksi. Luca Ghini (1490-1550) seorang Professor Botani di Universitas Bologna, Italia adalah orang pertama yang mengeringkan tumbuhan di bawah tekanan dan melekatkannya di atas kertas serta mencatatnya sebagai koleksi ilmiah (Arber, 1938). Pada awalnya banyak spesimen herbarium disimpan di dalam buku sebagai koleksi pribadi tetapi pada abad ke-17 Ramadhanil dan Gradstein – Herbarium Celebense 39 praktek ini telah berkembang dan menyebar di Eropa (Ramadhanil, 2003).
Untuk koleksi objek perlu diperhatikan kelengkapan organ tubuhnya, pengawetan dan penyimpanannya. Koleksi objek harus memperhatikan pula kelestarian objek tersebut. Perlu ada pembatasan pengambilan objek. Salah satunya dengan cara pembuatan awetan. Pengawetan dapat dilakukan terhadap objek tumbuhan maupun hewan. Pengawetan dapat dengan cara basah ataupun kering. Cara dan bahan pengawet nya bervariasi, tergantung sifat objeknya. Untuk organ tumbuhan yang berdaging seperti buah, biasanya dilakukan dengan awetan basah. Sedang untuk daun, batang dan akarnya, umumnya dengan awetan kering berupa herbarium (Suyitno, 2004).
Herbarium dibuat dari spesimen yang telah dewasa, tidak terserang hama, penyakit atau kerusakan fisik lain. Tumbuhan berhabitus pohon dan semak disertakan ujung batang, daun, bunga dan buah, sedang tumbuhan berbentuk herba disertakan seluruh habitus. Herbarium kering digunakan untuk spesimen yang mudah dikeringkan, misalnya daun, batang, bunga dan akar, sedangkan herbarium basah digunakan untuk spesimen yang berair dan lembek, misalnya buah (Setyawan dkk, 2004).
Persiapan koleksi yang baik di lapangan merupakan aspek penting dalam praktek pembuatan    herbarium.  Spesimen   herbarium   yang   baik   harus   memberikan   informasi terbaik mengenai tumbuhan tersebut kepada para peneliti. Dengan kata lain, suatu koleksi tumbuhan   harus    mempunyai    seluruh   bagian   tumbuhan   dan   harus    ada   keterangan yang     memberikan     seluruh     informasi     yang    tidak   nampak    spesimen   herbarium
 (Aththorick dan Siregar, 2006).
Herbarium merupakan suatu bukti autentik perjalanan dunia tumbuh-tumbuhan selain berfungsi sebagai acuan identifikasi untuk mengenal suatu jenis pohon. Istilah Herbarium adalah pengawetan specimen tumbuhan dengan berbagai cara.untuk kepentingan koleksi dan ilmu pengetahuan. Koleksi specimen herbarium biasanya disimpan pada suatu tempat yang diberi perlakuan khusus pula yang dikenal dengan laboratorium herbarium. Para ahli-ahli botani menyimpan koleksi herbarium mereka pada pusat-pusat herbarium di masing-masing Negara. Di Indonesia pusat herbarium terbesar terdapat di Herbarium Bogoriense Bidang Botani, Puslit Biologi-LIPI berada di wilayah Cibinong Jawa Barat. Laboratorium ini menyimpan lebih dari 2 juta koleksi herbarium yang berasal dari berbagai wilayah di seluruh Indonesia dan dari berbagai Negara di dunia. (Balai Diklat Kehutanan Makassar, 2011).
Cyrtococcum acrescens adalah rumput tahunan menjalar yang tumbuh pada tanah yang tidak terlalu lembab, sering terdapat pada tempat-tempat ternaung, penyebarannya meliputi 0-1300 m dpl, berbunga sepanjang tahun. Merupakan gulma yang dominan, dijumpai pada areal TBM maupun TM, karena toleransinya terhadap suasana ternaung. Gulma ini dipandang tidak berbahaya dalam persaingan dengan tanaman budidaya. Tumbuhan ini  bermanfaat   sebagai  pelindung   permukaan  tanah   terutama  pada  lokasi yang curam (Nasution, 1986).
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui cara membuat herbarium kering Rumput telur ikan Cyrtococcum acrescens ( Trin.) Stapf.
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunanan Penulisan adalah sebagai salah syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Test di Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub-Gulma, Departemen Hama Dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan  sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tumbuhan
            Menurut Nasution (1986) Rumput telur ikan  dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut.
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Spermatophyta
Subdivisio       : Angiospermae
Kelas               : Monocotyledoneae
Ordo                : Poales
Family             : Poaceae
Genus              : Cyrtococcum
Spesies            : Cyrtococcum acrescens ( Trin.) Stapf
Akar  berbentuk  serabut, berasal  dari buku-buku batang dan cabang akar sedikit. Akar berwarna kecoklat-coklatan, panjang akar bisa mencapai hingga 20 cm, pda ujung akar terdapat bulu-bulu akar yang halus. (Nasution, 1986).
Batang berbentuk bulat tidak beronnga, bagian pangkal tumbuh menjalar dan membentuk akar yang memanjang dan tunas baru pada buku-bukunya; bagian ujung tumbuh tegak, miring atau memanjang bila menjumpai sandaran, bagian yang tumbuh tegak tingginya 20-165 cm. Bagian yang menjalar  membentuk akar memanjang dan tunas baru dari buku-bukunya (Nasution, 1986).
Helai daun berbentuk lanset meruncing berukuran panjang 3-18 cm dan lebar 4-27 mm, kedua permukaan daun ditumbuhi bulu-bulu halus semasa daun masih muda, dan bila daun semakin tua bulunya semakin jarang, permukaan daun terasa kasar.  Bila diraba, pangkalnya sering tidak simetris. Upih daun 3.5-5.5 cm panjangnya, ditumbuhi bulu-bulu halus,  pada  bagian  tepinya  bulu-bulu  yang  tumbuh  lebih  panjang,  pertautan    upih daun
 dan  helai   dan   berbulu.  Lidah   daun   merupakan   membran   yang   tidak   jelas   tampak (Tjitrosoepomo, 2009)
Bunga berbentuk malai besar tapi longgar, berukuran panjang 30 cm dan lebar 15 cm atau lebih, cabang-cabang tumbuh tersebar sepanjang  tangkai dan membentuk cabang-cabang yang halus, pada cabang-cabang yang halus tersebut tumbuh buliran yang jarang pada tangkai yang lebih panjang dari buliran. Buliran  jumlahnya banyak, bentuknya bulat tertekan ke arah lateral, penampangnya tidak simetris, ukuran pangjang 1.4 mm, tidak berbulu, warnyanya coklat keungu-unguan, tangkainya agak panjang bentuk berombak, benang sari  1mm panjangnya dan kepala sari tiga (Nasution, 1986).
Habitat, Penyebaran dan Status
Cyrtococcum acrescens (Trin.) Stapf tumbuh pada tanah yang tidak terlalu lembab, sering  terdapat pada tempat-tempat ternaung, penyebarannya meliputi 0-1300 m dpl, berbunga sepanjang tahun. Cyrtococcum acrescens (Trin.) Stapf  merupakan gulma yang dominan, dijumpai pada areal TBM maupun TM karena toleransinya terhadap suasana ternaung. Gulma ini dipandang tidak berbahaya dalam persaingan dengan tanaman budidaya. Tumbuhan ini  bermanfaat   sebagai  pelindung   permukaan  tanah   terutama  pada  lokasi yang curam (Nasution, 1986).
Pengendalian
·         Secara Mekanis, dapat dilakukan dengan pembabatan dan pendongkelan hingga ke akar gulma
·         Secara Kultur teknis, dapat dilakukan dengan dengan menentukan jarak tanam lebih rapat dan rotasi tanaman
·         Secara Fisik, dapat dilakukan dengan mencabuti kemudian dibakar
·         Secara Biologis, dapat dilakukan dengan meggunakan jasad hidup sebagai penutup tanah seperti kacang-kacangan
·         Secara Kimiawi, dapat dilakukan dengan menggunakan herbisida seperti paraquat  dan  glyphosate,  dalapon,  glufosinate-ammonium dan fluazfop-butyl.
Pengertian Herbarium
Herbarium berasal dari kata “hortus dan botanicus”, artinya kebun botani yang dikeringkan. Secara sederhana yang dimaksud herbarium adalah koleksi spesimen yang telah dikeringkan, biasanya disusun berdasarkan sistim klasifikasi (Onrizal, 2005).
Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah dimatikan dan diawetkan melalui metoda tertentu dan dilengkapi dengan data-data mengenai tumbuhan tersebut. Membuat herbarium yaitu pengumpulan tanaman kering untuk keperluan studi maupun pengertian, tidaklah boleh diabaikan. Yaitu melalui pengumpulan, pengeringan, pengawetan, dan dilakukan pembuatan herbarium (Steenis, 2003).
Herbarium merupakan karya referensi tiga dimensi, herbarium bukan hanya untuk mendefinisikan suatu pohon, namun segala sesuatu dari pohon. Mereka memegang bagian yang sebenarnya dari bagian mereka itu. Nama latin untuk koleksi ini ataupun Herbarium adalah Siccus Hortus, yang secara harfiah berarti taman kering, dan setiap specimen menekan yang terpasang pada selembar kertas yang diulisi dengan apa tanaman yang dikumpulkan itu, kapan dan dimana ditemukannya (Stacey, 2004).
Herbarium merupakan tempat penyimpanan contoh koleksi spesiemen tanaman atau tumbuhan yaitu herbarium kering dan herbarium basah. Herbarium yang baik selalu disertai identitas, pengumpul (nama pengumpul atau kolektor dan nomor koleksi). Serta dilengkapi keterangan lokasi asal material dan keterangan tumbuhan tersebut untuk kepentingan penelitian dan    identifikasi.     Pengendalian    inanditatif     dengan    penggunaan   semacam    cendawan
 Pathogen   dengan  pelaksanaan  herbisida  jangka  pendek,  agar  gulma  yang  dapat diberantas (Moenandir, 1996).
Pada masa sekarang herbarium tidak hanya merupakan suatu spesimen yag diawetkan tetapi juga mempunyai suatu lingkup kegiatan  botani tertentu,  sebagai sumber informai dasar untuk para ahli taksonomi dan sekaligus berperan  sebagai pusat penelitian  dan pengajaran , juga pusat informasi bagi masyarakat umum. Herbarium diartikan juga sebagai bank data dengan sejumlah data mentah yang belum diolah. Masing-masing specimen dapat memberikan bermacam-macam informasi, tergantung kelengkapan spesimen, data dan asal-usul materialnya. (Balai Taman Nasional Baluran, 2004)
Kelebihan dari Herbarium kering dibandingkan dengan herbarium basah adalah dapat bertahan lama hingga ratusan tahun. Terdapat beberapa kelemahan pada herbarium yaitu; spesimen mudah mengalami kerusakan akibat perawatan yang kurang memadai maupun karena frekuensi pemakaian yang cukup tinggi untuk identifikasi dan pengecekan data secara manual,  tidak bisa diakses secara bersama-sama oleh berberapa orang, biaya besar,tidak bisa diakses sewaktu-waktu dan tidak dapat diakses dari jarak jauh (Wibobo dan Abdullah, 2007)
Herbarium kering yang baik adalah herbarium yang lengkap organ vegetatif dan organ generatifnya. Selain itu kerapian herbarium juga akan menentukan nilai estetikanya serta faktor-faktor yang mempengaruhi koleksi herbarium adalah lama pembuatan herbarium, tempat penyimpanan dan faktor lingkungan seperti suhu (Subrahmanyam, 2002).
Kegunaan Herbarium
Kegunaan herbarium secara umum antara lain: 1. Sebagai pusat referensi : Merupakan sumber utama untuk identifikasi tumbuhan bagi para ahli taksonomi, ekologi, petugas yang menangani jenis tumbuhan langka, pecinta alam, para petugas yang bergerak dalam konservasi alam. 2. Sebagai lembaga dokumentasi : Merupakan koleksi yang mempunyai nilai sejarah, seperti tipe dari taksa baru, contoh penemuan baru, tumbuhan yang mempunyai nilai ekonomi dan lain lain.3. Sebagai pusat penyimpanan data : Ahli kimia memanfaatkannya untuk mempelajari alkaloid, ahli farmasi menggunakan untuk mencari bahan ramuan untuk obat kanker, dan sebagainya (Onrizal, 2005).
Pembagian Herbarium
Herbarium basah, setelah material herbarium diberi label gantung dan dirapikan, kemudian dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Satu lipatan kertas koran untuk satu specimen (contoh). Tidak benar digabungkan beberapa specimen di dalam satu lipatan kertas. Selanjutnya, lipatan kertas koran berisi material herbarium tersebut ditumpuk satu diatas lainnya. Tebal tumpukan disesuaikan dengan dengan daya muat kantong plastik (40 × 60) yang akan digunakan. Tumpukkan tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik dan disiram alcohol 70 % atau spiritus hingga seluruh bagian tumbukan tersiram secara merata, kemudian kantong plastic ditutup rapat dengan isolatip atau hekter supaya alcohol atau spiritus tidak menguap keluar dari kantong plastik (Onrizal, 2005).
Herbarium kering, cara kering menggunakan dua macam proses yaitu: a. Pengeringan langsung, yakni tumpukan material herbarium yang tidak terlalu tebal di pres di dalam sasak, untuk mendpatkan hasil yng optimum sebaiknya di pres dalam waktu dua minggu kemudian dikeringkan diatas tungku pengeringan dengan panas yang diatur di dalam oven. Pengeringan harus segera dilakukan karena jika terlambat akan mengakibatkan material herbarium rontok daunnya dan cepat menjadi busuk. b. Pengeringan bertahap, yakni material herbarium dicelup terlebih dahulu di dalam air mendidih selama 3 menit, kemudian dirapikan lalu dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Selanjutnya, ditempuk dan dipres, dijemur atau dikeringkan di atas tungku pengeringan. Selama proses pengeringan material herbarium itu harus sering diperiksa dan diupayakan agar pengeringan nya merata. Setelah kering, material herbarium dirapikan kembali dan kertas koran bekas pengeringan tadi diganti dengan kertas baru. Kemudian material herbarium dapat dikemas untuk diidentifikasi (Onrizal, 2005).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan
Adapun percobaan ini dilakukan di Lahan percobaan Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub- Gulma, Universitas Sumatera Utara, medan pada hari Jumat, 1 Juni 2012 Pukul 09:00 WIB.
Bahan dan Alat
Adapun bahan dari percobaan ini adalah Rumput telur ikan Cyrtococcum acrescens ( Trin.) Stapf. sebagai bahan percobaan, air digunakan untuk membersihkan daun tanaman yang akan diherbariumkan, lem digunakan untuk menempelkan gulma pada kertas jeruk, label digunakan untuk morfologi tumbuhan, dan kertas jeruk digunakan sebagai tempat menempelkan herbarium.
Adapun alat dalam percobaan ini adalah gunting untuk memotong tanaman yang berukuran besar, buku identifikasi gulma sebagai buku penuntun mengidentifikasikan gulma, buku berukuran besar dan tebal sebagai tempat mengeringkan gulma yang diherbariumkan dan sebagai tempat pengepresan, koran sebagai alas peletakan gulma sebelum ditindih, kantung plastik sebagai tempat peletakan herbarium di dalam album atau buku, laptop atau komputer untuk membuat format laporan dan label, dan format herbarium sebagai keterangan seputar gulma yang dilakukan percobaan.
Prosedur Percobaan
1.      Dicari Bahan Rumput telur ikan yang akan dikeringkan yang lengkap dengan
Morfologinya
2. Untuk gulma yang terlalu besar, dilakukan pengguntingan,
3. Diletakkan diatas koran kering,
4. Ditimpa dengan buku besar dan tebal,
5. Ditunggu beberapa hari agar tanaman kering dan dibuka apabila telah kering
sempurna dan diletakkan ditempat kering,
6. Ditempel tumbuhan di atas kertas jeruk dengan menggunakan lem,
7. Diberi label atau keterangan morfologi,
8. Dibuat format herbarium dengan menggunakan laptop atau komputer dan
diletakkan pada kantung plastik di album, agar herbarium tidak terinfeksi dari
jamur.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
                                
Pembahasan
            Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah dimatikan dan diawetkan melalui metoda tertentu dan dilengkapi dengan data-data mengenai tumbuhan tersebut. Hal ini sesuai dengan literatur Steenis (2003) yang menyatakan bahwa Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah dimatikan dan diawetkan melalui metoda tertentu dan dilengkapi dengan data-data mengenai tumbuhan tersebut.
Kegunaan herbarium secara umum antara lain: 1. Sebagai pusat referensi 2. Sebagai lembaga dokumentasi 3. Sebagai pusat penyimpanan data, hal ini sesuai dengan literatur Onrizal (2005) yang menyatakan bahwa Kegunaan herbarium secara umum antara lain: 1. Sebagai pusat referensi : Merupakan sumber utama untuk identifikasi tumbuhan bagi para ahli taksonomi, ekologi, petugas yang menangani jenis tumbuhan langka, pecinta alam, para petugas yang bergerak dalam konservasi alam. 2. Sebagai lembaga dokumentasi : Merupakan koleksi yang mempunyai nilai sejarah, seperti tipe dari taksa baru, contoh penemuan baru, tumbuhan yang mempunyai nilai ekonomi dan lain lain.3. Sebagai pusat penyimpanan data : Ahli kimia memanfaatkannya untuk mempelajari alkaloid, ahli farmasi menggunakan untuk mencari bahan ramuan untuk obat kanker, dan sebagainya.
Kelebihan dari Herbarium kering dibandingkan dengan herbarium basah adalah dapat bertahan lama hingga ratusan tahun, namun herbarium kering juga memiliki kelemahan yaitu spesimen mudah mengalami kerusakan akibat perawatan yang kurang memadai maupun karena frekuensi pemakaian yang cukup tinggi untuk identifikasi dan pengecekan data secara manual,  tidak bisa diakses secara bersama-sama oleh berberapa orang, biaya besar,tidak bisa diakses sewaktu-waktu dan tidak dapat diakses dari jarak jauh, hal ini sesuai dengan literatur  Wibobo dan Abdullah (2007) yang menyatakan bahwa Kelebihan dari Herbarium kering dibandingkan dengan herbarium basah adalah dapat bertahan lama hingga ratusan tahun. Terdapat beberapa kelemahan pada herbarium yaitu; spesimen mudah mengalami kerusakan akibat perawatan yang kurang memadai maupun karena frekuensi pemakaian yang cukup tinggi untuk identifikasi dan pengecekan data secara manual,  tidak bisa diakses secara bersama-sama oleh berberapa orang, biaya besar,tidak bisa diakses sewaktu-waktu dan tidak dapat diakses dari jarak jauh.
Untuk mendapatkan hasil yang optimum sebaiknya bahan yang akan diherbariumkan dipres selam dua minggu hal ini sesuai dengan litertur Onrizal (2005) yang menyatakan bahwa Herbarium kering, cara kering menggunakan dua macam proses yaitu: a. Pengeringan langsung, yakni tumpukan material herbarium yang tidak terlalu tebal di pres di dalam sasak, untuk mendpatkan hasil yng optimum sebaiknya di pres dalam waktu dua minggu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi koleksi herbarium adalah lama pembuatan herbarium, tempat penyimpanan dan faktor lingkungan seperti suhu hal ini sesuai  dengan literatur Subrahmanyam (2002) yang menyatakan bahwa  herbarium kering yang baik adalah herbarium yang lengkap organ vegetatif dan organ generatifnya. Selain itu kerapian herbarium juga akan menentukan nilai estetikanya serta faktor-faktor yang mempengaruhi koleksi herbarium adalah lama pembuatan herbarium, tempat penyimpanan dan faktor lingkungan seperti suhu.
KESIMPULAN
1. Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah dimatikan dan diawetkan melalui metoda tertentu dan dilengkapi dengan data-data mengenai tumbuhan tersebut.
2. Herbarium memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai pusat referensi, sebagai lembaga dokumentasi, dan sebagai pusat penyimpanan data.
3. Kelebihan dari herbarium kering adalah dapat bertahan lama sedangkan kelemahan herbarium kering mudah rusak jika tidak dirawat, membutuhkan biaya besar dan tidak dapat diakses dari jarak jauh
4. Waktu yang diperlukan untuk melakukan pembuatan herbarium minimal selama 2 minggu, agar mendapatkan hasil yang baik.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi koleksi herbarium adalah lama pembuatan herbarium, tempat penyimpanan dan faktor lingkungan seperti suhu
DAFTAR PUSTAKA
Aththorick,   T.A,   dan   Siregar  E.S.  2006.  Taksonomi    Tumbuhan.  Departemen
Biologi  FMIPA USU. Medan
Balai Diklat   Kehutanan Makassar. 2011. Herbarium Sebagai  Acuan  Penanaman
Pohon.http://www.badikhut.com. Diakses pada tanggal 14 Juni 2012.
Balai TamanNasionalBaluran,2004.Pembuatan Herbariumhttp;//balurannationapar
.web.id/Wpcontent/uploads/2011/04/Pembuatan Herbarium FloraDiTaman
NasionalBaluran04FIX.pdf. diakses pada tanggal 14 Juni 2012
Moenandir, J. 1996. Ilmu Gulma  dalam Sistem Pertanian. PT.Raja Grafindo Persada
Jakarta.
Nasution, U. 1986. Gulma  dan  Pengendaliannya di  Perkebunan  Karet  Sumatera
Utara dan Aceh. PT. Gramedia : Jakarta.
Onrizal.  2005.  Teknik Pembuatan  Herbarium.  http://ocw.usu.ac.id.  diakses  pada
tanggal 14 Juni 2012.
Ramadhanil. 2003. Herbarium Celebense (CEB) dan Peranannya dalam Menunjang
PenelitianTaksonomi Tumbuhan di Sulawesi. http://unsjournals.com. Diakses
pada tanggal 14 Juni2012.
Setyawan,  A. D, Indrowuryatno, Wiryanto, Winanrno, K  dan  Susilowati,  A. 2005.
Tumbuhan Mangrove di Pesisir Jawa Tengah. Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Stacey, Robyn and Ashley Hay. 2004. Herbarium. Cambridge University Press: New
York
Subrahmanyam, N.S. 2002. Laboratory  Manual  of Plant Taxonomy. University of
Delhi. New Delhi
Suyitno, A.L.2004. Penyiapan Specimen Awetan  Objek  Biologi. Jurusan Biologi
 FMIPA UNY. Yokyakarta.
Tjitrosoepomo, G. 2007.  Morfologi  Tumbuhan.  Gajah Mada University Press
Yogyakarta.
­­­­___________. 2005. Taksonomi Umum. Gadjah Mada University Press Yokyakarta.
 Van Steenis, C.G.G.J. 2003. Flora. PT.Pradnya Paramita : Jakarta
Wibobo,  A  Abdulah, W.  2007.  Desain  Xml  Sebagai  Mekanisme  Petukaran
Data Dalam Herbarium Virtual. http//eprints.undip.ac.id/1855/1/3 Adi Wibowo%
2B%2B%2B.doc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar